Bawang merah merupakan salah satu komoditas penyedap rasa masakan yang berabad - abad lalu dikenal dan digunakan untuk memberi sensasi lezat setiap makanan oleh masyarakat indonesia. Perkembangan industri kuliner dan bumbu masakan, menjadikan komoditas bawang merah ini semakin diperlukan eksistensinya.
Tidak hanya untuk keperluan bumbu memasak, bawang merah juga bermanfaat sebagai bahan baku obat, seperti obat untuk mengendalikan tekanan darah, menurunkan kolesterol, meredakan semeblit, menyembuhkan sakit tenggorokan, mengurangi resiko diabetes, meminimalisir resiko gangguan hati, mengatasi wasir, dan mencegah pertumbuhan sel kanker.
Komoditas yang kaya akan manfaat tersebut, dijadikan sebagai komoditas andalan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Banyak para petani yang sukses dalam usahatani bawang merah dan ada juga yang kurang beruntung. Salah satu masalah klasik yang kerap dihadapi oleh para petani bawang merah adalah masalah fluktuasi harga yang sulit untuk diprediksi.
Permasalahan tersebut mengakibatkan komoditas bawang merah ini sering mendapat sorotan publik, baik itu pada saat jumlah produksi kurang maupun saat produksi melimpah. Sorotan tersebut lebih menitik tekankan pada harga bawang merah.
Pada saat produksi melimpah, harga bawang merah cenderung murah dan kerap merugikan petani karena tidak mampu untuk menutupi kebutuhan biaya produksi. Sebaliknya, pada saat produksi rendah, misalnya dikarenakan musim atau iklim yang kurang mendukung atau serangan hama penyakit yang meraja lela, makan harga bawang merah melonjak tinggi hingga konsumen tidak dapat mengjangkau, terutama golongan masyarakat bawah.
Morfologi Tanaman Bawang Merah
Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) adalah adalah tanaman semusim berbentuk umbi lapis, daun slindris dan memiliki diskus (subang), berakar serabut dan halus, batang pokok rudimenter seperti cakram, tunas lateral, serta memiliki titik tumbuh atau mata tunas. Saat vase vegatatif, pangkal daun bersatu berubah menjadi batang semu yang terletak didalam tanah, kemudian akar berubah fungsi dan dan menjadi umbi.
Saat dibelah membujur, maka akan tampak umbi bawang merah terdiri dari kuncup sebagai titik tumbuh tanaman, sisik daun, subang atau batang rudimenter, akar serabut atau akar adventif yang terletak di bawah subang.
Secara umum, tanaman bawang merah dapat menghasilkan berbunga pada ekosistem tropis seperti Indonesia, kecuali varietas sumenep. Tanaman bawang merah yang ditanam pada lingkungan normal akan tumbuh optimal, dimana tangkai bunga dapat keluar melalui ujung umbi, lalu tangkai bunga tersebut tumbuh dan membentuk kuncup, kemudian akan terjadi penyerbukan alami atau bantuan serangga, dan kuncup pun terus berkembang menjadi umbel.
Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembungaan bawang merah hingga dapat dipanen bijinya adalah sekitar dua bulan. Dan pada tersebut diperlukan naungan atau proteksi agar bunga tidak terkena hujan. Proteksi tersebut dilakukan hingga sampai bawang merah berkembang sempura menjadi biji botani bawang merah (TSS= true shallot seed) dan sudah bernas.
Varietas Unggul Bawang Merah
Saat ini terdapat banyak jenis varietas unggul untuk komoditas bawang merah. Ragam jenis varietas unggul tersebut didukung oleh perkembangan teknologi pertanian saat ini. Tujuan adanya ragam jenis verietas unggul tersebut adalah untuk membantu petani dalam memilih varietas sesuai kebutuhan.
Varietas unggul yang di maksud adalah varietas bawang merah yang memiliki sifat-sifat khusus seperti ciri fenotipe seperti bentuk umbi, warna umbi, bentuk daun, pertumbuhan tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit tertentu. Selain itu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah menghasilkan varietas unggul bawang merah yang dapat dibudidayakan pada musim hujan (di luar musim).
Varietas bawang merah yang dapat ditanam saat musim hujan yaitu varietas Maja, Sembrani, Pancasona, dan Trisula. Adapun karakteristik dari keempat varietas tersebut adalah sebagai berikut:
- Sembrani, Potensi hasil 9,0-24,0 t/ha, umur panen normal di dataran rendah 54-56 hari dan dataran tinggi 68-75 hari, keunggulan varietas ini diantaranya : tahan simpan sampai 4 bulan, cocok untuk dataran rendah dan dataran tinggi, umur panen normal di dataran rendah 54-56 hari dan dataran tinggi 68-75 hari.
- Maja, Potensi hasil 9,0-24.4 t/ha, umur panen normal 58 hari, Keunggulan varietas ini diantaranya : tahan simpan sampai 4 bulan, cocok untuk dataran rendah dan dataran tinggi, tahan busuk umbi.
- Pancasona, potensi hasil 6,9-23,7 t/ ha, umur panen normal 57 hari, keunggulan varietas ini adalah tahan simpan 3-4 bulan.
- Trisula, potensi hasil 6,5-23,2 t/ha, umur panen normal 55 hari, keunggulan varietas ini adalah tahan simpan sampai 5 bulan.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa varietas bawang merah yang juga sering digunakan oleh para petani. Berdasarkan fakta lapang, keempat varietas tersebut menunjukan performance yang memuaskan. Terutama varietas semberani yang dianggap memiliki produksitivitas cukup stabil walaupun di tanam pada saat musim hujan. Namun, keempat varietas tersebut cukup memiliki ketersediaan yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasar bawang merah.
Perlu juga difahami bahwa produktivitas bawang merah tidak hanya ditentukan oleh jenis varietas yang ditanam, melainkan juga ditentukan oleh pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengairan, kondisi tanah, iklim, dan pengendalian hama dan penyakit.
Dilain dari pada itu, kualitas umbi bawang merah juga diperngaruhi oleh faktor – faktor seperti bentuk umbi, kepadatan, rasa, warna, dan aroma. Karakteristik bawang merah yang lebih disukai para konsumen pada umumnya adalah bawang merah yang berwarna merah total memiliki umbi yang bentuk bulat lonjong dan padat, rasa pedas, dan pada saat digoreng akan mengeluarkan aroma yang khas.
Syarat Menanam Bawang Merah
Sebelum melakukan usahatani bawang merah, hendaknya anda harus memperhatikan syarat tumbuh tanaman bawang merah sebagai berikut :
- Usahatani bawang merah yang dilakukan di musim hujan (luar musim) direkomendasikan untuk menggunakan lahan sawah tadah hujan, lahan sawah lahan kering atau lahan tegalan terbuka karena tanaman bawang merah menghedaki penyinaran cahaya penuh. (Contoh gambar diatas).
- Usahatani bawang merah memerlukan lahan dengan tanah yang bertekstur sedang sampai liat dan juga membutuhkan drainase yang baik untuk dapat tumbuh dan menberikan hasil yang maksimum.
- Berdasarkan pengalaman lapang, jenis tanah seperti Andisol, Latosol Coklat, dan asosiasi Latosol-Andisol, lebih cocok ditanam bawang merah pada saat musim hujan (diluar musim). Sedangkan tanah Grumosol atau Podsolik Merah Kuning (PMK) kurang begitu cocok untuk ditanam bawang merah saat musim hujan. Hal tersebut dikarenakan Tanah Grumosol dan PMK cenderung bertekstur liat berat dan memiliki drainasi yang kurang baik, sehingga memerlukan teknik pengolahan lahan khusus dan sistem penanaman lebih spesifik.
- Usahata tani bawang merah yang menggunakan lahan masam (pH < 6), memerlukan pengapuran menggunakan dolomit atau kapur pertanian. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menghambat penularan penyakit lewat tanah. Penularan penyakit dilahan masam itu lebih cepat dari pada lahan biasa.
- Pengapuran menggunakan dolomit atau kapur pertanian pada lahan dengan pH < 5,5 dosisnya adalah kisaran antara 1,5-2,0 t/ha, sedangkan pengapuran tanah dengan pH < 4 dosisnya adalahsetara 1-2x Al-dd atau disesuaikan dengan hasil analisis tanah.
- Dolomit atau kapur pertanian digunakan pada saat pengolahan lahan bawang merah dengan masa inkubasi (di diamkan) kurang lebih minimal dua minggu sebelum tanam
Cara Menanam Bawang Merah Di Sawah
Setelah mengetahui karakteristik, morfologi, varietas unggul, dan syarat menanam bawang merah, berikut saya juga akan berikan tips dan pedoman dalam melakukan usahatani atau budidaya bawang merah disawah. Pedoman yang saya sajikan ini sudah sesuai dengan pedoman yang dipublikasikan oleh Badan Litbang Pertani. Untuk lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan dan Pengolahan Lahan Bawang Merah
Tanaman bawang merah termasuk jenis tanaman yang memerlukan jenis tanah yang gembur. Oleh karena itu, sebelum digunakan untuk budidaya bawang merah alangkah baiknya diolah secara intensif menggunakan traktor atau cangkul. Kemudian lahan dibersihkan dari sisa tanaman atau rumput. Hal tersebut dilakukan untuk memangkas laju pertumbuhan dan perkembangan patogen penyakit seperti Fusarium sp.
Untuk mempermudah proses irigasi, maka diperlukan adanya bedengan. Pada umumnya, lebar bedengan adalah 1,0-1,2 m dan panjang bedengan disesuaikan kondisi dan panjang lahan. Namun, pada lahan tegalan atau lahan kering, terdapat parit dengan lebar 20-30 cm yang terletak diantara bedengan satu dengan lainnya. Tanah galian parit diletakkan di atas bedengan dan diupayakan tinggi bedengan mencapai 20-30 cim (Perhatian gambar dibawah ini).
Hal perlu diperhatikan dalam membuat bedengan dan parit adalah kedalaman perakaran bawnag merah dan kualitas drainasi pada saat musim hujan. Diupayakan agar tidak lama menggenang dan tidak menjadikan akar bawang merah cepat membusuk.
Lahan yang sudah terdapat bedengan dan parit, harap untuk di inkubasi (diistirahatkan) beberapa hari menunggu proses aplikasi pemupukan dasar dan penyiapan bibit bawang untuk di tanam.
2. Pembibitan Bawang Merah
Para pertani secara umum sering memperbanyak bawang merah dengan umbi sebagai bibitnya. Umbi bibit bawang merah yang dikatakan baik dan sehat untuk ditanam harus berasal dari budidaya yang sehat. Selain itu, umbi bibit bawang merah yang dipilih juga dianggap cukup tua atau berumur 70 – 80 hari setelah tanam.
Varietas bawang merah yang unggul dan paling baik digunakan adalah varietas yang dapat di tanam dilahan kering atau tegalan dan juga adaotif pada musim hujan. Bibit yang sebaiknya dipilih adalah umbi bawang merah yang telah disimpan kurang lebih 2,5-4,0 bulan dengan titik tumbuh minimal 80%, dalam kondisi segar, bebas dari hama penyakit, kekar, dan tidak cacat.
Kemudian sebelum ditanam, dilakukan seleksi bibit dengan harapan hasil panen akan seragam. Adapun ukuran umbi bibit bawang merah dapat digolongkan berdasarkan tiga kelas, yaitu
- besar (Umbi bawang merah = > 1,8 cm atau > 10 g),
- sedang (Umbi bawang merah = 1,5-1,8 cm atau 5-10 g), dan
- kecil (Umbi bawang merah = < 1,5 cm atau < 5 g).
Dari ketiga kelas golong bibit bawang merah tersebut, yang lebih baik untuk digunakan dalam budidaya bawang merah adalah yang kelas Sedang dimana umbinya berukuran 1,5 -1,8 atau berat 5-10 gram. Hal tersebut dianggap lebih efektif, efisien, dan memiliki pertumbuhan awal yang baik.
Kebutuhan bibit bawang merah dalam satu hektar adalah sekitar 1.200 kg/ ha
Untuk mempercepat pertumbuhan tunas, pemotongan umbi bibit perlu dilakukan. Umbi bibit yang masih dalam bentuk ikatan, dirompes dan dipotong ujungnya. Dan untuk menghindarkan dari serangan jamur, backteri, dan penyakit, maka umbi bibit bawang merah dapat ditaburi fungisida tepung, aduk rata, kemudian dibiarkan beberapa saat sebelum ditanam (bisa sehari semalah).
3. Penanaman Bawang Merah
Jarak tanam untuk komoditas bawang merah pada lahan sawah tadah hujan, tegalan, atau pada lahan kering adalah 15 cm x 15 cm untuk bibit untuk bibit ukuran kecil (< 4 g/umbi), dan 15 cm x 20 untuk bibit ukuran agak besar (> 4 g/umbi).
Jumlah bibit dalam satu lubang tanam adalah satu bibit, dimana penanamanya dilakukan dengan cara membenamkan umbi bawang merah kedalam lubang bedengan dan diratakan dengan permukaan tanah. Pentingnya menggunakan bibit yang seragam akan menghasilkan tanaman yang tumbuh secara merata kurang lebih selama 7-10 hari.
Tanaman bawang merah yang ditanam saat musim hujan, memerlukan adanya penggunaan mila, baik itu mulsa plastik ataupun mulsa jerami. Mulsa jerami kering cocok digunakan pada lahan kering seperti sawah. Mulsa jerami cukup efektif mencegah perkembangan penyakit tular tanah, menahan percikan tanah akibat hujan, juga sebagai tambahan kandungan bahan organik tanah saat tanaman di panen.
Sedangkan mulsa plastik sangat cocok dan efektif digunakan dalam budi daya bawang merah di lahan di dataran medium sampai tinggi. Hal tersebut dikarenakan mulsa plastik efektif dalam menjaga kelembapan tanah dan pencucian hara, mencegah penyakit tular tanah, serta meningkatkan hasil panen pada musim hujan.
Mulsa plastik hitam perak diaplikasikan sebelum tanam setelah pemupukan dasar (gambar bawah). Sedangkan mulsa jerami padi dipasang setelah tanam dengan ketebalan 2-3 cm (Gambar atas)
Gambar Mulsa Jerami Bawang Merah
Gambar Mulsa Plastik Bawang Merah
Cara menggunakan mulsa plastik hitam perak untuk budidaya bawang merah adalah sebagai berikut:
- Rapikan bedengan terlebih dahulu. Kemudian tutup bedengan menggunakan mulsa plastik dan pastikan bahwa bagian atas adalah yang berwarna perak. Kunci mulsa dengan menggunakan ikatan bambu.
- Buat lubang tanam sesuai jarak tanam di atas bedengan yang telah ditutup mulsa. Dalam membuat lubang tersebut dapat menggunakan kaleng bekas susu yang dimodifikasi, seperti di beri pegangan dan dibuat bergerigi pada bagian permukaan, biasanya juga di beri bara api agar cetakan lubang tanam menjadi rapi dan seragam.
- Tanam bibit bawang merah pada bedengan yang telah ditutup mulsa plastik dan diberi lubah sehari kemudian.
4. Pemupukan Bawang Merah
Jenis lahan yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah pada umumnya adalah lahan kering atau lahan tegalan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan memberi bahan pembenah tanah. Yang sering digunakan sebagai bahan pembenah tanah adalah kapur atau dolomit. Namun, selain kedua bahan tersebut terdapat bahan lain yang juga berfungsi sebagai pembenah tanah yaitu pupuk organik.
Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan organ tubuh hewan, sisa -sisa tanaman, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang berasal dari kotoran ternak dan kompos. Pupuk organik sering digunakan digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah saat kondisi fisik tanah suda terlalu jenuh dengan pupuk kimia.
Banyak penyuluh pertanian yang merekomendasikan untuk menggunakan pupuk organik, karena pupuk organik sangat penting dan mutlak dibutuhkan untuk menggenjot produktivitas lahan. Selain itu, hasil penelitian Suwandi et al. (2013b), menunjukkan penggunaan pupuk organik atau kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki vigor tanaman, meningkatkan kandungan N, P, K secara signifikan pada tanah litosol berwarna merah kuning subang, dan juga dapat meningkatkan kadar C- organik tanah.
Pupuk dasar yang digunakan untuk lahan usahatani bawang merah merupakan hasil kombinasi pupuk organik dan pupuk majemuk. Dimana pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, kuda, dll) atau pupuk organik kompos yang bermutu dengan dosis 10 – 20 ton/hektar yang dikombinasikan dengan pupuk fosfat (SP-36 atau SP-18) dengan dosis 100-150 kg/ha, dan pupuk majemuk NPK (15-15-15) atau NPK (16-16-16) dengan dosis 500 kg/ha.
Aplikasi kombinasi pupuk organik, pupuk fosfat, dan pupuk majemuk NPK di lakukan pada 3 sampai 7 hari sebelum tanam. Penggunaan kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas 21 -26% dan menghasilkan umbi bawang merah yang kualitas baik dengan ciri – ciri ukuran umbi yang besar dengan susut bobot yang rendah pada saat pengeringan
Pemupukan susulan pertama dilakukan pada saat tanaman sudah berumum kurang lebih 10 – 15 hari setelah taman, dan pemupukan susulan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 30 -35 hari. Masing – masing pemupukan (pertama dan kedua) menggunakan pupuk urea 100 kg/ha, pupuk ZA 200 kg/ha, dan pupuk KCl 50-100 kg/ha.
Waktu pengaplikasian campuran pupuk N dan K tersebut yang paling baik adalah sore hari. Cara aplikasi pupuk tersebut adalah dengan meletakkannya pada lubang tanam secara merata, lalu disiram sampai pupuk larut ke dalam tanah. Pinyiraman tersebut dilakukan apabila tidak terjadi hujan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh suwandi (1992) dan hidayat (1996) menyatakan bahwa kombinasi pemupukan N berupa urea dan ZA selain dapat memperbaiki mutu umbi bawang merah, seperti aroma lebih tajam dan warna umbi merah serta dapat meningkatkan produktivitas.
Gambar Pupuk dasar (organik dan anorganik) bawang merah
Unsur hara sulfat yang terdapat dalam pupuk ZA, berfungsi dalam mendukung menentukan kualitas nutrisi dan metabolisme tanaman, dan ketersediaan sulfat bagi tanaman akan berpengaruh positif terhadap ketajaman aroma bawang merah. Batas penggunaan sulfat pada tanaman memiliki variasi antara 50 – 90 ppm, hal itu tergantung pada jenis tanah yang digunakan.
Pengaplikasian pupuk dengan unsur hara S dengan dosis 20-60 ppm akan meningkatkan serapan S, P, Zn, dan Cn. Sedangkan Tanaman bawang merah membutuhkan unsur hara S kurang lebih 120 kg/ha
5. Pemeliharaan Tanaman Bawang Merah
Dalam pemeliharaan tanaman bawang merah, hal pertama yang peru diperhatian adalah masalah irigasi. Dimana tanaman bawang merah memerlukan penyemprotan air pada tenaman pada saat cuaca panas untuk menghilangkan embun tepung yang menempel saat malam hari atau untuk membasuh percikan tanah akibat hujan yang menempel pada daun. Namun budidaya bawang merah pada hujan tidak memerlukan pengairan intensif dan khusus seperti penyemprotan.
Pada dasarnya, penyemprotran tanaman yang dilakukan pai hari berfungsi untuk mencegah penularan penyakit utama bawang merah seperti Alternaria porrii, Fusarium, dan Colletitrichumsp, dan juga penyakit tanah yang menular. Tanaman bawang merah berada pada periode kritis kekuarangan air adalah pada saat pembentukan umbi, dan jika itu terjadi maka kualitas umbu dan kuantitas hasil panen akan menurun.
Hal kedua juga yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman bawang adalah pengendalian gulma atau penyiangan. Penyiangan pada umumnya dilakukan sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma di lahan. Penyiangan dilakukan sebelum pemberian pupuk susulan kurang lebih antara 1-2 kali. Pengendaliannya dilakukan secara manual terutama saat pertanaman menggunakan mulsa plastik hitam perak atau mulsa jerami.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit Bawang Merah
Hama dan penyakit pada umumnya yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah trips, bercak ungu (trotol), otomatis (Colletotrichum), embun buluk atau embun tepung (P. destructor), busuk umbi Fusarium dan busuk putih Sclerotium, busuk daun Stemphylium, ulat grayak Spodoptera, dan virus Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman bawang tersebut diperlukan perlakuan preventif dengan cara menyemprotkan pestisida secara berkala, dan di sesuaikan dengan kondisi pertanaman bawang merah.
Penggunaan pestisida atau biopestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit bawang merah harus mengutamakan tepat dosis dan tepat sasaran, juga alat yang digunakan untuk efektivitas dan efisiensi dalam pengendalian hama dan penyakit. Hal tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bahwa dalam berusaha tani juga harus menghindari pemborosan, pencemaran lingkungan, resistensi hama dan penyakit, serta residu pestisida pada tanaman yang akan menyebabkan masalah kesehatan.
Diharapkan untuk tidak mencampur beberapa jenis pestisida saat penyemprotan. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi pemakaian pestisida. Gunakan dosis sesuai anjuran dan alat penyemprot (hand sprayer) yang memiliki flat-nozzle standar. Hal itu akan lebih menghemat penggunaan pestisida sampai 60%.
Biopestisida adalah pestisida yang menggunakan bahan hayati atau makhluk hidup seperti cendawan, nematoda, bakteri, mikroorganisme, atau virus untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah mengembangkan biopestisida untuk mengendalikan hama ulat bawang (Spodoptera exigua Hubn). Penggunaan biopestisida dengan bahan aktif SeNPV (Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus) berperan sebagai patogen bagi ulat bawang, bersifat sangat selektif, dan relatif tidak mencemari lingkungan.
Selain itu, penggunaan pestisida nabati atau biopestisida yang mengandung senyawa bioaktif seperti terpenoid, alkaloid, fenolik, dan zat metabolit sekunder lainnya yang diaplikasikan pada tanaman bawang merah yang terinfeksi Organisme penggangu tanaman berfungsi untuk:
menurunkan keperidian;
- penolak (repellent);
- menghambat nafsu makan (anti-feedant);
- penarik (atractant);
- berpengaruh langsung sebagai racun;
- menghambat perkembangan; dan
- mencegah peletakan telur
7. Panen Bawang Merah
Bawang merah yang bisa dipanen adalah bawang merah yang telah membuhi umur 60 -70 hari atau bawang merah tersebut benar – benar dikatakan cukup tua dengan ciri – ciri tanaman rebah, daun menguning, dan 60% leher batang sudah lunak.
Menurut Musaddad dan Sinaga (1995), umbi bawang merah yang siap untuk dipanen akan tampak secara visual seperti berikut ini :
- Pangkal daun bawang emrah sudah lemas, saat di pegang.
- 70 – 80 % daun sudah berwarna kuning pucat
- Umbi sudah terbentuk penuh dan kompak
- Umbi sudah mulai terlihat pada bagian permukaan tanah.
- Umbi sudah berwarna merah keunguan/merah tua dan memiliki bau yang khas.
- Lebih dari 80%) daun tanaman bawang merah sudah rebah (perhatian gambar di bawah ini).
Gambar pertanaman bawang merah sudah rebah
Saat memanen bawang merah, usahakan untuk dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah dan tanah kering untuk memperoleh kualitas umbi bawang merah yang baik serta menghindari kerusakan.Kemudian, bawang merah yang telah dipanen, diikat pada batangnya dengan tujuan untuk memudahkan pengangkutan dan penanganan pasca panen. (perhatikan gambar di bawah ini).
Gambar pengangkutan bawang merah
Umbi bawang , batang dan daunnya dikeringkan di bawah naungan (tidak terkena sinar matahari langsung) selama 1-7 hari sampai cukup kering. Umbi bawang merah yang sudah cukup kering, dipisahkan dari batang dan daunnya. Kelompokan butiran umbi bawang berdasarkan kualitas dan ukurannya. Kemudian, masukkan ke dalam karung jala dengan kapasitas 50-100 kg dan segera distribusikan ke pasar-pasar
8. Pascapanen Bawang Merah
Penanganan pasca panen bawang merah dimulai dengan pengeringan bawang merah untuk keperluan bibit atau untuk disimpan. Umbi bawang merah di jemur di bawah trik sinar matahari langsung selama 7 – 14 hari dan terus diaduk setiap 2 – 3 hari sekali sampai bobot umbi bawang merah susut 25 -40% dengan kada air 80 – 84%. Tidak harus di jemur di bawah trik sinar matahari, dalam mengeringkan umbi bawang merah juga dapat menggunakan alat pengering khusus hingga kada air kurang lebih 80%.
Selama periode pengeringan, dapat dilakukan juga pembersihan umbi dari kotoran yang menempel, dan peripian ikatan atau juga dapat dilipat gandakan ikatannya (gedengan = dua ikatan bawang merah diikat menjadi satu ikatan ganda).
Penyimpanan bawang merah hingga proses penjualan dapat dilakukan dengan cara umbi disimpan dengan cara menggantungkan ikatan ganda (gedengan) pada rak-rak yang terbuat dari bambu dalam sebuah ruangan atau gudang penyimpanan. Di usahakan agar suhu ruangan atau gudang stabil antara 30-33ºC dengan kelembapan udara ±60-70% .
Demikian ulasan artikel saya terkait dengan pedoman cara menanam bawang merah di sawah mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, hingga pada proses penanganan pasca panen bawang merah. Dengan ini saya harap bapak - bapak para petani dapat meningkatkan hasil produksinya dan banyak menyediakan bawang merah untuk mesyarakat indoensia dan dunia. Karena saya suka bawang merah.
Jika ada yang ingin di diskusikan atau di kritisi dari tulisan saya silahkan isikan komentar di bawah. Mohon maaf bila ada salah, terima kasih, dan semoga sukses.
0 Komentar